Masohi, Revisinews.com – Kejahatan terhadap anak terus mengalami peningkatan di kabupaten Maluku Tengah setiap tahunnya.
Kejahatan kepada anak inipun kerap menimpa siswa Sekolah Dasar di wilayah kabupaten tertua di Maluku itu. Fakta akan maraknya, perbuatan tindak kekerasan yang menimpa anak usai sekolah di wilayah kabupaten tertua di Maluku itu kian beragam. Terparah dikuasi oleh tindak kekerasan seksual. Kekerasan dan kejahatan yang menimpa anak itu otomatis akan menimbulkan trauma yang parah bagi korban.
Memahami kondisi itu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Malteng pun tidak tinggal diam.
Plt Kapala Dinas Pendidikan Malteng,Husen Mukadar mengaku, pihaknya tengah mempersiapkan pembentukan tim penanganan dan pencegahan kekerasan (TPKK)
“Fakta berulang soal kasus kekerasan terhadap anak usai sekolah di Malteng akhir akhir ini tentu sangat miris.kami sangat menyesalkan terjadinya kasus ini. Parahnya lagi kasus itu lebih banyak di lakukan oleh orang terdekat korban”Tandas Mukadar kepada wartawan di Masohi Senin, (3/6).
Tim itu, sambung Kadis nantinya akan melibatkan dinas terkait lainnya, diantaranya Dinas Sosial, Bidang Perlindungan anak dan perempuan,Dinas Pembedahan Masyarakat serta pihak lainnya,termasuk di dalamnya,nanti akan mengandeng PWI Kabupaten Malteng.
“Ada beberapa Dinas yang memiliki korelasi dan hubungan kerja, diantaranya, Dinas Sosial, Bidang P2TP2A,penyidik bahkan kawan kawan PWI juga nanti akan kita ajak. Langkah ini harus dilakukan,agar paling tidak dapat mencegah maupun menangani trauma terhadap anak dalam hal ini siswa, siswi kita yang menjadi korban”urai Mukadar.
Dikatakan terhadap kasus yang beberapa waktu menimpa salah satu siswa di wilayah kecamatan TNS, Mukadar menegaskan pihaknya terus melakukan pendampingan. Diharapkan ha itu dapat sedikit mengurangi trauma.
“Untuk kasus yang menimpa salah satu siswa kita di TNS, saya telah intruksi guru dan kepala sekolah untuk terus melakukan pendampingan. Langkah itu pun tidak hanya diberikan kepada korban,namun juga salah satu adiknya. Hal ini kami lakukan dengan berbagai pendekatan,hingga membolehkan siswa bersekolah dari rumah dengan tatap didampingi. Kami berharap upaya ini dapat sedikit membantu,sambil tetap mengedukasi masyarakat maupun siswa lain,tentang bentuk kekerasan lain yang tidak boleh dilakukan di lingkungan sekolah,baik itu ferbal hingga bulying dan lain sebagainya”Tutupnya. (TIM)