MASOHI,RevisiNews.com – Di tengah sunyinya hutan belantara dan derasnya arus Sungai Yahe, tubuh Firdaus akhirnya ditemukan. Pendaki asal Bogor itu tergeletak kaku tak jauh dari jejak terakhir yang ditinggalkannya. puntung rokok dan sepasang sandal yang menjadi saksi bisu hilangnya ia sejak 26 April lalu.
Penemuan ini mengakhiri 21 hari pencarian yang penuh harap, air mata, dan perjuangan. Sekitar pukul 14.30 WIT, Sabtu (17/5), Tim SAR Relawan Pecinta Alam Maluku yang tergabung bersama masyarakat adat Nusawele-Saunulu berhasil menemukan jenazah Firdaus di koordinat 3°12’33.6″ LS dan 129°30’58.3″ BT.
“Korban tidak jauh dari titik terakhir jejaknya,” ungkap Ketua Tim SAR, M. Nazir Rumr dalam rilisnya yang diterima redaksi, Sabtu (17/5/2025).
Lokasi penemuan berada di jalur curam, terjal, dan berbahaya,medan yang pada operasi pencarian pertama tak mampu dijangkau karena keterbatasan peralatan. Namun pada pencarian kedua, para relawan membawa perlengkapan vertical rescue lengkap, menantang bahaya demi menemukan sang pendaki.
Baca juga Semangat Pattimura Terus Menyala, Bupati Malteng Hadiri Upacara Peringatan di Saparua
Saat ini, proses evakuasi tengah berlangsung menuju Desa Piliana. Jenazah dibawa secara bergantian oleh relawan dengan tandu dan kantong jenazah, menyusuri jalur pendakian biasa yang kini seakan berubah menjadi lorong duka.
Didahului Prosesi Adat
Operasi pencarian ini tak hanya diwarnai semangat kemanusiaan, tetapi juga penghormatan adat. Dimulai pada 12 Mei, pencarian dilaksanakan setelah upacara adat digelar di Piliana—permohonan kepada leluhur dan alam agar Firdaus ditemukan, apapun keadaannya.
Tim kemudian dibagi dalam tiga SRU (Search Rescue Unit). SRU 1 bergerak ke Nasapeha untuk prosesi adat di lokasi terakhir korban terlihat. SRU 2 menyisir kawasan Isilali, sementara SRU 3 menyusuri Sungai Yahe dari hilir.
Pada 17 Mei, SRU 1 dan 2 menyatukan kekuatan, menelusuri aliran Sungai Yahe dari hulu, hingga akhirnya menemukan Firdaus. Radio komunikasi segera diaktifkan, kabar duka itu pun sampai ke posko induk di Piliana.
Melanjutkan Harapan yang Terhenti
Sebelumnya, pencarian sempat dihentikan oleh Balai Taman Nasional Manusela dan Basarnas pada 5 Mei 2025. Namun keluarga Firdaus, komunitas pendaki, masyarakat adat, dan para relawan tak menyerah.
Dengan dukungan logistik dan obat-obatan dari Pemkab Maluku Tengah, pencarian kembali dilanjutkan. Harapan tak padam, doa terus dipanjatkan, hingga semesta membuka jalannya.
Rumr menutup rilisnya dengan suara berat, “Kami sampaikan duka cita sedalam-dalamnya. Terima kasih tak terhingga kepada semua pihak. Mohon doa agar proses evakuasi berjalan lancar dan Firdaus dapat dipulangkan dengan layak.”
Firdaus datang mencari keindahan Gunung Binaya, namun pulang dalam senyap. Namun perjuangannya, serta keteguhan para pencari, akan selalu diingat sebagai kisah tentang cinta, pengorbanan, dan kemanusiaan. (Red).