Desa Hatuolo, Seram Utara: Pendidikan Darurat di Kaki Gunung Binaya, Butuh Perhatian Serius

Facebook
WhatsApp

Salah satu sudut desa Hatuolo (Foto- warga)

WAHAI,RevisiNews.com– Desa Hatuolo di Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, masih terisolasi dalam keterbatasan. Berada di kaki Gunung Binaya, desa ini sudah puluhan tahun “miskin” perhatian, terutama dalam aspek infrastruktur dan pendidikan.

Hingga kini, akses jalan masih berupa tanah dengan medan berat yang mengharuskan warga melewati gunung dan sungai berarus deras untuk mencapai desa.

Salah satu permasalahan mendesak di Hatuolo adalah minimnya fasilitas pendidikan. Anak-anak di desa ini hanya bisa belajar di sekolah darurat yang menumpang di rumah warga.

Tidak ada gedung sekolah yang layak, tidak ada perpustakaan, dan tenaga pendidik pun sangat terbatas. Kondisi ini membuat anak-anak di Hatuolo sulit mendapatkan pendidikan yang seharusnya menjadi hak dasar mereka.

Nelson Ilela,salah satu tokoh masyarakat Desa Hatuolo, menjelaskan pada 23 Februari lalu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Maluku Tengah memberikan bantuan fasilitas sinyal internet yang stabil untuk desa ini.

Meski menjadi angin segar bagi masyarakat, namun ketersediaan internet saja tidak cukup untuk menjawab permasalahan pendidikan di Hatuolo.

Baca juga : Bupati Ozan Tekankan Inovasi dan Disiplin ASN untuk Kemajuan Daerah

Tanpa ruang kelas yang memadai, buku pelajaran, tenaga pengajar yang cukup, serta listrik sebagai penunjang pembelajaran, anak-anak Hatuolo tetap menghadapi tantangan besar dalam mengejar pendidikan yang layak.

Ilela menambahkan Hatuolo bukan satu-satunya desa yang mengalami kondisi seperti ini. Negeri-negeri lain di kaki Gunung Binaya, seperti Elemata, Manusela, Kanike, dan Roho, juga menghadapi situasi serupa.

“Mereka hidup tanpa listrik, tanpa akses jalan yang memadai, dan tanpa fasilitas pendidikan serta kesehatan yang layak,” Katanya, Rabu (18/3/2025).

Sebagai bagian dari wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar), desa-desa di kaki Gunung Binaya seharusnya menjadi prioritas dalam pembangunan. Masyarakat berharap pemerintah tidak hanya memberikan bantuan sementara, tetapi juga solusi jangka panjang berupa pembangunan infrastruktur dasar, sekolah permanen, tenaga pengajar yang cukup, serta akses kesehatan dan listrik.

“Anak-anak di Hatuolo dan desa-desa sekitarnya berhak mendapatkan pendidikan yang layak, sama seperti anak-anak di daerah lain di Indonesia. Jika kondisi ini terus dibiarkan, maka generasi muda di wilayah ini akan semakin sulit keluar dari lingkaran keterbatasan yang telah berlangsung selama puluhan tahun,”urai Ilela

Sudah saatnya pemerintah lebih serius melihat kondisi desa-desa terpencil di Maluku Tengah. Pembangunan bukan hanya soal infrastruktur, tetapi juga tentang masa depan generasi yang akan membawa perubahan bagi daerahnya.(Redaksi).

PENULIS

Picture of adminrevisinews

adminrevisinews

BERITA TERKAIT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BANNER IKLAN