Masela dan Mimpi 1 Juta Barel, “Energi Bangkit dari Timur”

Facebook
WhatsApp

salah satu pusat pengeboran minyak, Foto Web.

Oleh: Stewart Michael Toisuta

Masohi, RevisiNews.com – Dari Timur Indonesia, sebuah mimpi besar sedang disiapkan. Di bawah permukaan laut Arafura, di antara gemuruh ombak dan riuh kehidupan pesisir, Indonesia menata ulang peta energinya. Di sanalah, di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku, Blok Abadi Masela berdiri tegak sebagai simbol harapan baru.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) tengah mengusung visi besar, mencapai 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada tahun 2030.

Target ini bukan sekadar angka. Ia adalah tanda kebangkitan industri hulu migas Indonesia setelah bertahun-tahun bergulat dengan penurunan produksi dan tantangan investasi global.

Jika target itu tercapai, Indonesia akan kembali menorehkan sejarah. Produksi energi nasional diproyeksikan mencapai 3,2 juta barel setara minyak per hari, sebuah capaian yang belum pernah terjadi sejak masa kejayaan migas di era 1970-an.

Dukungan pun datang dari berbagai pemangku kepentingan. Pemerintah, industri, dan investor global kini menatap ke arah timur ke Maluku, tempat proyek raksasa bernama LNG Abadi Masela bersiap menjadi pionir transformasi energi nasional.

Proyek Raksasa dari Laut Maluku

Dikutip dari berbagai sumber, Indonesia kini tengah menyiapkan langkah besar. Inpex Corporation, perusahaan migas asal Jepang, resmi memulai tahap Front End Engineering Design (FEED) untuk proyek LNG Abadi di Blok Masela. Nilai investasinya mencengangkan, US$ 20,94 miliar atau sekitar Rp 342,56 triliun.

Presiden dan CEO Inpex, Takayuki Ueda, menyebut proyek ini bukan hanya investasi energi, tetapi juga tonggak penting dalam memperkuat ketahanan energi nasional.

“Proyek ini tidak hanya meningkatkan pasokan gas nasional, tapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujar Ueda dalam acara peresmian tahap FEED di Jakarta, Kamis (28/8/2025).

Baca juga : Cahaya Pendidikan Menyala Dari Pamahanu-Nusa

Dari perhitungan Inpex, proyek LNG Abadi berpotensi memberikan kontribusi hingga US$ 150 miliar atau sekitar Rp 2.454 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia selama masa operasinya. Lebih dari itu, sekitar 70 ribu lapangan kerja akan tercipta dalam tiga dekade ke depan.

Tiga Fokus Utama Menuju Masa Depan

Di tahap FEED ini, Inpex menempatkan tiga prioritas utama

1. Mempercepat kontrak penjualan LNG jangka panjang agar proyek punya kepastian pasar dan harga.

2. Mengamankan pembiayaan kompetitif dari lembaga keuangan global seperti JBIC Jepang dan sejumlah bank internasional.

3. Menguatkan keterlibatan masyarakat lokal, agar proyek tidak hanya berdiri di atas kilang dan pipa, tetapi juga di atas kepercayaan warga Maluku.

“Kami sudah mendapat sinyal positif dari banyak bankir, tapi memastikan pembiayaan yang kompetitif tetap menjadi kunci sukses proyek Abadi,” kata Ueda menegaskan.

Suara dari Maluku, Harapan Gubernur Lewerissa

Bagi Maluku, proyek ini bukan sekadar pembangunan industri energi. Ini adalah momentum untuk memastikan bahwa sumber daya alam yang melimpah benar-benar menjadi berkah bagi masyarakat di tanah tempatnya berpijak.

Dalam sebuah wawancara pada peringatan HUT ke-68 Kota Masohi, Gubernur Maluku Henrik Lewerissa menegaskan pentingnya dampak nyata bagi daerah.

“Kami berharap blok migas yang dikembangkan di wilayah Maluku, baik di Kepulauan Tanimbar maupun di Pulau Seram harus memberikan manfaat langsung bagi peningkatan ekonomi, kesejahteraan rakyat, dan kemajuan daerah,” tandasnya.

Ia juga menyoroti bahwa pemerintah pusat telah melelang beberapa blok migas di Maluku, termasuk di wilayah Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah. Pemerintah provinsi, kata Lewerissa, siap memberikan dukungan penuh agar setiap proyek dapat berjalan lancar dan berkelanjutan.

“Negara sebagai pemegang kuasa pertambangan tentu memiliki peran strategis. Tapi kami di daerah ingin memastikan masyarakat Maluku juga merasakan hasilnya dari lapangan kerja, pembangunan infrastruktur, hingga peningkatan kapasitas SDM lokal,” ujar Gubernur menambahkan.

Cadangan Super Jumbo di Perut Laut Arafura

Kepala SKK Migas Djoko Siswanto mengungkapkan, cadangan gas di Masela mencapai 18,54 triliun kaki kubik (TCF). Saat beroperasi penuh, fasilitas LNG Abadi diperkirakan menghasilkan 9,5 juta ton LNG per tahun (MTPA), 150 juta standar kaki kubik gas per hari (MMSCFD), serta 35 ribu barel kondensat per hari.

Proyek ini sudah ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) sejak September 2017, dan akan menjadi proyek pertama di Indonesia yang sejak awal mengusung teknologi carbon capture and storage (CCS), langkah nyata menuju industri migas rendah karbon.

Dengan skala investasi yang masif, potensi ekonomi yang luar biasa, serta dukungan penuh dari pemerintah pusat hingga daerah, proyek LNG Abadi Masela menjadi penanda bahwa kebangkitan energi Indonesia dimulai dari Timur.

Dari laut dalam Arafura, dari pulau-pulau di Maluku, Indonesia menatap masa depan dengan optimisme baru. Sebab di balik pipa dan angka triliunan rupiah itu, ada semangat rakyat kepulauan yang percaya, energi bangsa kini benar-benar menyala dari Timur. ( Rn-01).

 

 

 

 

 

 

PENULIS

Picture of adminrevisinews

adminrevisinews

BERITA TERKAIT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BANNER IKLAN