MASOHI,RevisiNews.com – Sabtu itu, udara pagi di Seram Utara terasa sejuk, namun semangat menyala di hati Fredy Fernando Loumaly, S.Pd.Gr. Ia tahu, perjalanan yang akan ditempuhnya bukanlah perjalanan biasa. Desa Hatuolo, tempat tugas barunya sebagai Kepala Sekolah SDN 355 Maluku Tengah, menanti di ujung jalan yang panjang dan penuh tantangan.
Dari Desa Kaloa, perjalanan dimulai. Jalan tanah yang terjal dan berbatu membentang di hadapan, dikelilingi pepohonan tinggi yang menjulang. Beberapa kali, rombongan harus melewati sungai dengan arus yang cukup deras. Setiap langkah membawa mereka semakin dalam ke dalam hutan belantara, di mana suara burung dan gemerisik dedaunan menjadi teman setia. Setelah sekitar 10 jam perjalanan, akhirnya mereka tiba di Desa Elemata, desa terakhir sebelum mencapai tujuan utama.
Perjalanan belum selesai. Gunung Binaya berdiri kokoh di kejauhan, seolah mengawasi setiap langkah yang mendekat ke Desa Hatuolo, yang terletak di kaki puncak tertinggi di Provinsi Maluku itu. Butuh tiga hari perjalanan sejak keberangkatan sebelum akhirnya, di pagi yang cerah, Fredy menapakkan kakinya di Hatuolo.
Baca juga : Bupati Zulkarnain Serahkan Hibah dan Bantuan di Telutih
Dari kejauhan, suara tarian cakalele mulai terdengar, diiringi lantunan nyanyian adat yang menggema di udara. Masyarakat Hatuolo telah berkumpul di tepi desa, pemerintah desa, Saniri Negeri, Majelis Jemaat, orang tua siswa, hingga seluruh masyarakat, semua datang untuk menyambut sang kepala sekolah baru.
Saat Fredy tiba di tengah kerumunan, kain berang disematkan kepadanya, sebuah tanda penghormatan dalam budaya setempat. Langkahnya diarahkan ke rumah Kepala Pemerintah Negeri (KPN), tempat prosesi adat “Dudu Adat” dilaksanakan. Di sana, ia duduk bersama para tetua adat, menerima sirih dan pinang—simbol persaudaraan dan penerimaan di tanah baru ini.
Di mata masyarakat Hatuolo, Fredy bukan hanya seorang kepala sekolah, tetapi juga bagian dari keluarga besar mereka. Perjalanannya panjang dan penuh tantangan, namun di balik setiap rintangan, ada sebuah harapan: membangun pendidikan yang lebih baik untuk generasi Hatuolo ke depan.(Redaksi)